Touw Hian Bwee
1st Pr 2151 Die Schwalbe, August 1977
1st Pr 2151 Die Schwalbe, August 1977
#2
Dalam posisi di atas, raja putih mengadakan sidang darurat yang dihadiri oleh semua perwira dan bidaknya yang tersisa dan terjadilah diskusi berikut ini:
Raja: "Kita harus mematikan hitam dalam dua langkah. Semua siap?"
Semua: "SIAPPPPP PADUKA RAJA!'
Raja: "Bagus. Sekarang coba kamu Menteri, apa analisis kamu tentang posisi ini?"
Menteri: "Menurut analisis saya, hitam mempunyai raja, tiga buah bidak, menteri, dan satu kuda."
Raja: "Lah itu sih semua juga sudah tau! Terus apa lagi?"
Menteri: "Kuda hitam bisa melangkah ke petak e3, g2 ... eeehhh salah, g3 maksud saya, dan h3.... eeehhh salah lagi, maksudnya h2."
Raja: "Itu sih analisis anak TK!! Gimana sih kamu???"
Menteri hitam diam seribu basa. Karena kasihan dengan menteri putih yang kehilangan akal dan bisa-bisa dipancung oleh rajanya, kuda putih menjawab.
Kuda: "Ijinkan saya menyampaikan analisis saya Paduka Raja."
Raja: "Silakan."
Kuda: "Dalam posisi ini, hitam sudah terjepit. Apa pun langkah yang diambil oleh hitam, kita dapat langsung mematikannya."
Raja: "Misalnya?"
Kuda: "Misalnya, kalau hitam melangkah 1. ... Qc6, kita dapat mematikan dengan 2. Sxb3#. Demikian juga 1. ... Qa4 2. Qxd3#, 1. ... Qd5 2. Qb4#, 1. ... Qxc4 2. Sxc4#. Demikian juga untuk semua langkah menteri yang lain, bisa langsung kita matikan!"
Raja: "Bagus sekali... Luar biasa. Tetapi bagaimana kalau hitam melangkahkan kudanya."
Gajah: "Saya siap Paduka Raja. Kalau hitam melangkahkan kudanya, saya bisa langsung mat dengan melangkah ke petak e3, yaitu 2. B(x)e3#."
Raja: "Bagus. Tetapi bagaimana kalau hitam melangkahkan bidaknya 1. ... bxc2?"
Kuda: "Sayang sekali Paduka Raja. Kalau hitam melangkahkan bidaknya, kita tidak bisa mematikannya."
Semua tertunduk lesu dan terdiam.
Tiba-tiba di sudut ruangan, bidak c2 angkat bicara dengan terbata-bata.
Bidak: "Mmmaa... aaappp Paduka. Bukan...kah ... sekkkkaaraaang giliran putih yang melangkah, bukannya giliran hiiiittttaaaammmm?"
Raja: "Oiya ya, kenapa kamu tidak bilang dari tadi ... hahaha... sekarang kan giliran kita yang melangkah, koq kita jadi menganalisis langkah hitam. Pintar kamu bidak. Jadi sekarang bagaimana analisis kamu tentang langkah kita?"
Karena dipuji raja, bidak c2 menjadi pede.
Bidak: "Mudah banget Paduka. Tadi kan kita sudah lihat kalau hitam melangkahkan menteri atau kudanya, kita bisa langsung mematikannya. Tetapi kalau bidaknya melangkah tidak bisa. Jadi mudah toh? Kita buat saja biar hitam tidak bisa lagi melangkahkan bidaknya."
Raja: "Caranya?"
Bidak: "Caranya mudah Paduka. Kalau saya melangkah ke mana aja (1. cxb3, 1. cxd3, 1. c3 atau c4), maka hitam tidak bisa lagi melangkahkan bidaknya. Jadi dia terpaksa menggerakkan menterinya atau kudanya. Jadi mudah toh, kita tinggal mematikannya sesuai analisis kita tadi."
Raja: "Hahahaha... bagus sekali. Mudah banget. Ayo kamu makan aja tuh bidak hitam di b3 yang bikin pusing."
Tetapi, untungnya, sebelum bidak putih melangkah, kuda angkat bicara.
Kuda: "Tunggu-tunggu-tunggu... Paduka. Jangan gegabah. Kalau kita melangkah 1. cxb3?, hitam bisa menjawab dengan 1. ... Qc6!, dan kita tidak bisa lagi mematikan hitam, karena sekarang petaknya sudah ditempati oleh bidak."
Raja: "Oiya, betul juga. Untung saya belum menyuruh bidak melangkah. Jadi gimana dong? Apa bidak c2 harus memakan bidak hitam di d3?"
Kuda: "1. cxd3? juga tidak bisa Paduka, karena hitam bisa melangkah 1. ... Qa4!, dan kita tidak bisa lagi mematikannya. Demikian juga, 1. c3? tidak bisa, karena hitam akan menjawab dengan 1. ... Qd5!, dan 1, c4? tidak bisa karena dijawab dengan 1. ... Qxb6!"
Raja: "Jadi kita tidak bisa memaksa hitam untuk tidak bisa melangkahkan bidaknya?"
Kuda: "Betul Paduka."
Raja: "Jadi bagaimana dong?" Raja berkata sambil mengeluh panjang.
Di tengah keheningan itu, kuda mendapat inspirasi.
Kuda: "Kita harus membuat posisi yang sedemikan rupa, sehingga kalau hitam melangkahkan bidaknya, kita juga bisa mematikannya. Sambil kita tetap memastikan bahwa kalau menteri dan kudanya bergerak, kita tetap bisa mematikannya juga."
Raja: "Betul, tapi caranya gimana? Teori sih gampang, prakteknya dong yang penting."
TING!! Lampu benderang muncul di kepala si benteng c1, dan dia langsung menjawab.
Benteng: "Ketemu Paduka, Kalau hitam melangkah 1. ... bxc2, saya bisa mematikan hitam dengan langkah 2. Rxc2#, asalkan ada yang menjaga rekan benteng saya di e1. Karena itu, saya usul langkah 1. Bf2! sebagai kuncinya."
Demikian sidang darurat raja putih ditutup, setelah menemukan solusi berikut ini:
Tries:
1. cxb3? Qc6!
1. cxd3? Qa4!
1. c3? Qd5!
1. c4? Qxb6!
Key:
1. Bf2! (~)
1 ... Qc6 2.Sxb3#
1. .. Qa4 2.Qxd3#
1. .. Qd5 2.Qb4#
1. .. Qxb6 2.Sc4#
1. .. bxc2 2.Rxc2#
1. .. Sf1~ 2.Be3#
Catatan:
Drama di atas dan judul artikel ini terinspirasi oleh komentar C. Mansfield tentang problem ini: "A bright little comedy is enacted. Black has only one safe move, PxP. So why not move this vulnerable pawn away? Magically its four moves are all narrowly defeated by different moves of the black Q, the white K being adroitly placed. So what is the key?" (C. Mansfield dalam “Selected Problems”, halaman 44 The Problemist, May 1980)
Sungguh problem yang luar biasa dari GM in Composition satu-satunya yang berasal dari Asia! Indonesia pantas berbangga atas pencapaiannya yang luar biasa ini, dan kita semua sebagai penggemar problem catur perlu lebih mengenal karya-karyanya yang banyak dipuji di seluruh dunia.